Wednesday, December 21, 2016

Apalah arti uang Rp. 2000?

"Korannya mbak?" Seorang bapak-bapak bertopi dan berompi biru menghampiri saya dan keluarga ketika kami bangkit dari kursi di Warung Gado-gado Pak Tomo Madiun dan hendak membayar makanan kami.

"Tidak pak, terima kasih" Jawab saya singkat. Tapi rupanya si bapak-bapak itu tidak menyerah begitu saja. Saat saya melangkah ke pintu keluar, beliau mencegat saya disana.

"Kalo gitu majalah aja deh. Ada Majalah Nova juga kok?" Si bapak menunjukkan beberapa barang dagangan yang ada di keranjang sepedanya. Saya menggeleng pelan sambil berjalan ke mobil.

"Pi, coba beli satu koran bapak itu" Kata saya kepada Ayah saya.

"Hah, buat apa? Kita nggak pernah baca koran" Keluarga kami sudah akrab dengan internet setiap hari, jadi sudah jarang sekali membeli koran atau majalah edisi cetak.

"Kasihan Pi"

"Kalo semua orang kamu kasihani, jadi apa nanti?"

"Tapi dia lho bukan pengemis" Ibu dan Budhe saya ikut masuk ke mobil dan ketika Ibu saya mengulurkan uang Rp. 2000 untuk parkir kearah Ayah saya, Bapak-bapak itu menuntun sepedanya ke arah kami.

"Koran Pak, dua ribu saja" Beliau langsung menuju sisi jendela tempat Ayah saya.

"Iya deh Pak, sini korannya" Ayah saya mengulurkan uang Rp. 2000 yang sekiranya buat parkir kearah si Bapak penjual koran dan menerima Harian Pagi Surya darinya. Si Bapak penjual koran terlihat bahagia sekali. Setelah itu beliau mengayuh sepedanya kearah yang berlawanan dengan mobil kami.

Kejadian singkat ini membuat saya merenung di sepanjang perjalanan kami pulang. Begitu banyak orang di luar sana yang tetap gigih berjuang hanya demi uang Rp. 2000. Saya salut dengan si Bapak penjual koran itu. Beliau tetap bersemangat mencari uang meski usianya sudah menjelang senja dan tidak meminta-minta kepada orang lain. Saya menghargai orang-orang yang bekerja keras seperti ini.

Temans, yuk kita mulai perduli dengan kehidupan orang-orang seperti si Bapak penjual koran di depan Warung Pak Tomo Madiun itu. Belilah dagangan mereka meski kadang kamu tidak terlalu membutuhkannya. Harian Pagi Surya yang tadi siang kami beli dari si Bapak juga cuma sempat dilihat sekilas kok. Headline beritanya tentang Teror Truk Tabrak Pasar Natal di Berlin dan berita ini sudah saya baca di Kompas.com beberapa hari lalu. Tapi saya bersyukur, kami sempat membeli koran ini dari Bapak itu tadi. Apalah arti uang Rp. 2000? Buat kita, uang dua ribu mungkin tidak berarti banyak, tapi buat si Bapak penjual koran mungkin uang itu bisa dipakainya untuk makan bersama keluarganya selama sehari.

Media online dan media cetak

Masih banyak orang diluar sana yang tidak bisa bersaing dengan kemajuan teknologi. Si Bapak penjual koran itu salah satunya. Ditengah maraknya media online, beliau masih berjualan koran dan majalah cetak. Jika saya keluar kota, sebisa mungkin saya menggunakan kendaraan masal dan tidak memakai mobil pribadi. Ada banyak teman saya yang keheranan saat saya masih saja naik turun angkot dan bus ekonomi meski saya punya mobil. Why? Karena saya mau memberkati Bapak-bapak sopir itu juga. Bayangkan, bagaimana nasip keluarga mereka di rumah jika tidak ada lagi yang mau naik angkot dan bus ekonominya? Mereka mau hidup darimana?

Kalo kamu mampu membeli makanan di cafe, bisa nongkrong berlama-lama sambil ngopi di tempat yang cozy dan sanggup bepergian sampai ke luar negeri berkali-kali...masa sih tidak bisa berbagi dengan mereka yang di bawah?

No comments: