Thursday, April 10, 2008

Belajar dari Si Nonik

Oleh : Angelina Kusuma

Ia adalah seorang siswi SMP. Perawakannya kecil dengan kulit putih dan mata yang agak sipit. Rambutnya panjang sebahu kecoklatan. Pertama kali saya melihatnya masuk ke netcafe, saya sudah mulai merasakan ada sesuatu yang istimewa dari diri anak ini. Bukan hanya wajahnya yang terlihat beda dari kebanyakan pelanggan netcafe saya yang pribumi, tetapi lebih mengarah kepada polah tingkahnya. Ketika pertama kali masuk ke netcafe, sebuah kalimat sapaan, "Selamat siang mbak, saya ingin memakai internet bisa ?", meluncur dari mulutnya.

Raut mukanya yang ramah dan tidak dibuat-buat, melengkungkan sebuah senyum disudut bibir saya. Rasanya manis sekali didengar telinga ini ada seorang anak perempuan yang bisa menerapkan tata krama yang begitu santun kepada orang yang tidak dikenal sebelumnya. Setelah saya mempersilahkan dia masuk dan menyiapkan sebuah komputer untuk dipakainya, ia juga sempat mengucapkan, "Makasih mbak", sebelum saya meninggalkan mejanya.

Saya duduk terhenyak di meja kerja saya sambil berfikir. Seandainya semua pelanggan saya seperti ini, alangkah nyamannya saya melayani mereka. Memang pelanggan adalah raja dan setiap penyedia jasa harus melayani mereka dengan sebaik-baiknya. Tetapi hari itu ternyata rapor saya masih kalah ramah dan santun dibandingkan pelanggan kecil yang mengesankan ini.

Kira-kira satu jam berikutnya anak perempuan tersebut menghampiri saya. Rupanya ia kehabisan pulsa hand phone dan ingin membeli voucher isi ulang untuk hand phone-nya tersebut. Tetapi berhubung di netcafe saya tidak menyediakan jenis voucher yang ia minta, akhirnya ia mengurungkan niatnya dan meminta izin untuk meminjam hand phone saya. Tergerak oleh kesan saya sejak pertama kali melihat anak perempuan ini, maka dengan sukarela saya mengambil hand phone saya dan menyerahkan padanya. Ia menulis message SMS dari hand phone itu didepan saya langsung tanpa beranjak kembali ke mejanya - padahal saya tidak memintanya untuk berdiri didepan saya dan seolah-olah saya mengawasinya memakai pulsa hand phone saya. Selesai SMS yang ditulisnya terkirim, ia langsung berucap kembali, "Saya harus mengganti berapa buat SMS-nya mbak ?", sambil menyerahkan hand phone kembali ke tangan saya.

"O, ngga perlu. Saya iklas membantu kok", Sahut saya sambil tersenyum. Anak tersebut kembali ke mejanya sambil mengucapkan terima kasih kembali kepada saya. Sungguh, baru kali ini saya mendapati seorang anak perempuan yang masih SMP tetapi sudah berani menghadapi orang yang tidak dikenalnya dengan gaya sesantun itu. Saya sungguh terkesan !

Tepat jam dua siang, anak perempuan yang namanya tidak saya ketahui ini dengan tergesa-gesa menuju meja saya. Karena siang itu saya jadwal jaga netcafe, makanya komputer server dan meja operator ada dibawah kendali saya.

"Mbak maaf, saya harus les jam setengah tiga. Tapi ketikan saya belum selesai. Bisa disimpankan dulu dikomputer itu ? Nanti saya kembali lagi kesini."

Saya langsung tanggap. Saya berjalan menuju komputer yang dipakai anak perempuan ini kemudian memindahkan dokumen yang ia maksudkan ke directory komputer server saya agar tidak hilang. Setelah membayar biaya pemakaian komputer dan mengucapkan terima kasih, akhirnya anak itu keluar dari netcafe saya.

Dari tempat duduk, sayapun masih menyempatkan diri untuk memperhatikan gerak-geriknya yang menghilang dari pandangan saya dengan menggunakan sepeda mini. Melihat wajah manisnya yang imut-imut dan sepeda mininya itu, maka dengan segera nama Nonik - nona cilik - terlintas diotak saya. Akhirnya nama julukan itulah yang saya berikan kepada pelanggan kecil saya yang manis itu.

Kira-kira satu jam kemudian, bayangan si Nonik kembali melintas di netcafe saya. Masih dengan dandanan yang sama - memakai seragam coklat Pramuka dan juga tas berwarna pink yang dibawanya dikeranjang sepeda mini, ia masuk kembali ke netcafe saya. "Wow, anak ini punya jadwal disiplin yang hebat", decak saya didalam hati. Saya kemudian kembali mempersiapkan komputer buat dia beserta dokumen yang ia minta untuk disimpan sebelumnya.

Selesai melayani si Nonik, saya kembali merenung. Penasaran rasanya dengan sosok si Nonik yang manis, sopan dan juga punya karakter ini. Paling tidak keberaniannyaa untuk meminjam hand phone saya tanpa takut atau malu-malu, meminta saya menyimpan dokumennya sementara waktu selama les dan kembali satu jam kemudian tepat waktu, telah memberi sedikit gambaran tentang karakter seorang anak yang punya disiplin dan kemandirian tinggi dibenak saya. Ditambah lagi, ia datang ke netcafe saya bertepatan dengan jadwal pulang sekolah dan tetap memakai seragam yang sama sekembali dari lesnya. Jadi kesimpulan saya, sepulang sekolah ia langsung ke netcafe saya mengerjakan tugas sekolahnya kemudian berangkat les dan kembali mengerjakan tugasnya yang belum selesai.

Dari hasil printing tugas sekolah yang dikerjakannya di komputer netcafe, barulah saya tahu dimana anak ini bersekolah. Kebetulan yang di-print adalah cover dari tugas kliping sekolahnya. Disitu tercantum SMP Katolik Slamet Riyadi, yang membuat saya tersadar. Ternyata anak ini adalah adik kelas saya di SMP yang sama sekitar lima belas tahun yang lalu. Dari sikap tubuh dan ciri-cirinya saya juga bisa mengira-ngira bahwa anak ini pasti beragama Kristen atau Katolik - dikalung lehernya tergantung sebuah salib kecil yang menguatkan dugaan saya bahwa dia adalah salah satu pengikut Kristus.

Si Nonik kecil ini sudah memberi saya sebuah contoh yang luar biasa tentang kehidupan ke-Kristenan yang sejati. Ia adalah gambaran seorang Kristen yang seharusnya dimiliki oleh semua pengikut Kristus. Tidak hanya mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan. Tetapi setiap gerak-geriknya juga menandakan bahwa ia gambaran Kristus seutuhnya. Sapaannya kepada orang yang baru dikenalnya, ucapan terima kasihnya untuk hal sekecil apapun yang telah dilakukan orang lain kepadanya, dan juga kelakuannya yang konsisten terhadap dirinya sendiri telah membuat mata saya terkesan. Perbuatannya tersebut juga memberi sebuah kesaksian bahwa Yesus ada diwajah dan disetiap gerak-geriknya tanpa ia mengatakan kepada saya bahwa ia pengikut Kristus. Saya sudah melihat Kristus dari pancaran matanya, anggukan sopannya, kalimatnya yang lembut dan juga bahasa tubuhnya.

Luar biasa bukan ?

Bagaimana dengan kita ? Sudahkan anda dan saya mengikuti jejak si Nonik dalam kehidupan kita setiap hari ? Penginjilan yang berhasil justru berawal dari sebuah teladan yang baik. Bukan seberapa banyak kita menggunakan dan mengutip ayat Alkitab untuk menyertai kita saat mengabarkan berita tentang Yesus.

Jangan menjadi seorang Kristen eksklusif. Yang hanya menunjukkan terang di tempat yang terang. Yang bergaul dan beramah tamah kepada sesama orang Kristen. Berbuat baik juga hanya kepada mereka yang berlabel anak Tuhan. Jika demikian apa gunanya ? Apa yang bisa kita beritakan kepada orang yang sudah mendengar dan mengakui bahwa Yesus Tuhan, selain menciptakan orang Kristen bertipe ’tanam dan cabut’ ? Dan bisakah kita menggarami lautan yang sejak dari awalnya sudah asin ?

Kejadian 1:3-4, Berfirmanlah Allah: "Jadilah terang." Lalu terang itu jadi. Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap.

Terang diciptakan Allah untuk memisahkan gelap. Bukan sebagai pemisah antara terang itu sendiri.

Tunjukkan kasih kita kepada setiap orang tanpa memandang apakah orang tersebut juga pengikut Kristus. Tunjukkan kebaikan kita kepada setiap manusia dimuka bumi ini tanpa memandang bahwa mereka sepaham dan sejalan dengan kita. Karena itulah cerminan pengikut Kristus yang sejati. Dan bersiaplah untuk menuntun berpuluh-puluh orang kepada terang Kristus oleh setiap kesaksian yang kita bentuk, oleh setiap kata-kata dan tindakan yang kita lakukan bagi banyak orang didalam nama Yesus.

Jadilah seperti Nonik-Nonik yang bisa mengesankan saya dan puluhan orang-orang diluar sana hanya dengan menunjukkan sikap karakter kita Yesus sebagai sebuah kesaksian yang hidup didalam tubuh kita sendiri.

Daniel 12:3, Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya.

No comments: