Thursday, April 10, 2008

Durian

Oleh : Angelina Kusuma

Kemarin malam setibanya di rumah dari bekerja seharian, sergapan bau harum dari buah durian yang sedang disimpan di kamar belakang rumah saya langsung membuat hidung ini kembang kempis. Harum sekali baunya. Rasanya sudah tidak sabar untuk menikmati hasil tanaman kebun sendiri selama sepuluh tahun yang lalu itu.

Sepuluh tahun bukan waktu yang singkat untuk mendapatkan sebuah durian yang enak dari pohon kita sendiri. Papi saya harus menanam pohon duriannya dikebun keluarga saya dan harus setia menunggu pohon itu tumbuh berkembang sampai tiba waktunya si pohon bisa menghasilkan buah seperti sekarang. Minggu kemarin, Papi dan Mami saya pergi ke kebun durian kami dan mulai memanen beberapa biji dari buah duriannya langsung dari pohon kami.

Ketika saya ingin memakan buah durian yang sudah masak, ternyata saya perlu berjuang keras juga. Kulit durian yang berduri dan lumayan tebal itu membuat saya harus mengeluarkan sedikit tenaga untuk membukanya dan membutuhkan sebuah pisau untuk membantu usaha saya tersebut.

Saya sempat berfikir, "Yah, buah yang luarnya jelek seperti ini kok disukai banyak orang?".

Kulit luar durian tentu saja jelek. Berduri tajam-tajam dan tebal, membuat orang harus bersusah payah terlebih dahulu untuk bukanya. Tetapi jangan salah, rasa buah durian itu sangat enak. Siapa yang tidak suka makan buah yang satu ini?

Buah durian bisa menjadi sebuah refleksi sederhana dalam kehidupan kita. Terkadang, kita juga harus mengeluarkan banyak tenaga dan pikiran untuk mendapatkan sesuatu yang berharga di depan sana. Sama seperti saat kita ingin memakan buah durian, tentu kita juga harus mengeluarkan tenaga terlebih dahulu untuk melewati kulit durian yang berduri tajam dan tebal. Setelah sampai dibagian dalam buah durian, kita tinggal menikmati sebuah rasa dari salah satu ciptaan Tuhan yang begitu nikmat dan lezat itu.

Hidup kita tergantung dari bagaimana cara kita menjalaninya. Apakah disaat kita harus berhadapan dengan duri-duri kehidupan - seperti duri-duri dikulit durian, kita tetap tegar, bersemangat dan berusaha keras untuk melewatinya, atau kita menyerah pasrah dan menghentikan semua usaha kita untuk meraih sesuatu yang berharga tersebut. Jika kita berhasil melewati duri-duri kehidupan itu, tentu sebuah penghargaan besar sudah disiapkan oleh Yesus Kristus diujung sana untuk kita - jika kita berhasil melewati kulitnya yang berduri dan tebal, maka kita baru bisa memakan buah duriannya yang lezat.

Sesuatu yang berharga tidak datang secara tiba-tiba. Tetapi selalu butuh proses, waktu, pengorbanan, dan juga harga yang harus dibayar, yang akan membentuk pribadi kita sehingga pantas untuk mendapatkan hal tersebut.

Mazmur 126:5-6, Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya.

No comments: