Tuesday, September 01, 2015

Belajar Dari Tukik

Oleh: Angelina Kusuma


Pacitan, kota yang dijuluki 1001 Goa ini akhirnya menarik langkah kaki saya untuk menjelajahinya tgl 16-17 Agustus 2015 lalu. Saya mengunjungi beberapa pantai baik yang sudah terkenal maupun pantai yang belum ada namanya, menyusuri sungai dan menjelajahi goa.

Liburan saya kali ini sangat berkesan. Bukan saja karena mata saya dimanjakan oleh indahnya panorama kota Pacitan yang masih alami, tapi juga karena saya mendapatkan banyak ilmu baru. Salah satu ilmu berharga yang saya dapatkan pada liburan kali ini adalah saat saya beruntung bisa berpartisipasi dalam pelepasan anak penyu (tukik) ke lautan di Pantai Taman.

Untuk menyambut hari kemerdekaan RI yang ke 70, Badan Konservasi Penyu di Pantai Taman menyelenggarakan prosesi pelepasan tukik yang diliput oleh sebuah stasiun televisi swasta Indonesia. Dan saya sangat beruntung tiba disana tepat waktu!

Setiap pengunjung diberi seekor tukik kemudian tukik-tukik tersebut dilepas secara bersamaan di pantai. Tukik-tukik yang dilepas akan berjalan di pasir pantai kemudian berenang menuju lautan mengikuti ombak yang menyeret tubuh mereka. Tingkah lucu tukik-tukik itu menarik perhatian para pengunjung untuk mengabadikannya melalui HP dan kamera. Seru.. bahkan kami juga ikutan berteriak-teriak memberi semangat kepada para tukik itu agar mereka berlari menuju lautan, padahal mereka pasti nggak ngerti bahasa kami hahaha.

Selesai proses pelepasan tukik ke laut, saya mendekati seorang petugas dari Badan Konservasi Penyu untuk sekedar bertanya-tanya. Dari si bapak ini, saya mendapatkan banyak ilmu baru mengenai kehidupan penyu.

Seekor tukik mempunyai tantangan yang sangat besar untuk bertahan hidup hingga ia menjadi penyu desawa.

  •  Penyu betina baru bisa bertelur pada usia 20-25 tahun. Setiap induk penyu bisa menghasilkan 80-150 telur, tapi hanya sekitar 80% yang akan menetas menjadi tukik.
  • Telur-telur penyu menetas sekitar 40 hari. Seekor tukik hasil penangkaran harus dilepas ke laut bebas sebelum ia berusia 7 hari dan selama itu si tukik tidak boleh diberi makan. Karena jika diberi makan, ia tidak akan bisa mandiri saat dilepas di laut bebas.
  • Seekor tukik mempunyai cadangan makanan dalam tubuhnya yang cukup untuk seminggu. Karena itulah, setelah tukik menetas, ia harus segera dilepas ke laut agar cadangan makanan yang ia punya tidak habis dan ia bisa bertahan hidup lebih lama di habitat yang sesungguhnya.
  • Tukik yang dilepas ke laut mempunyai kemungkinan hidup 1:1000! Ia harus menghadapi ganasnya ombak, perubahan cuaca hingga ancaman predator.

Ketika mengetahui bahwa seekor tukik hanya mempunyai kemungkinan hidup satu dibanding seribu, sejenak saya tertegun sambil menahan napas. Sebelumnya saya sempat mengabadikan tingkah 'Si Angel' (nama tukik yang saya pegang) mulai saat ia diserahkan ke tangan saya, setelah saya melepasnya ke pasir pantai sampai ketika ombak laut menyambar tubuh mungilnya. Ketika ombak mengenai tubuh tukik, tak jarang itu membuat tubuhnya berputar 360 derajat alias terguling-guling didalam air. Tapi meski demikian, tukik akan terus berusaha berenang dan bergerak menuju laut.

Ah, begitu hebatnya seekor tukik berusaha untuk hidup! Setiap kali saya melihat ulang hasil rekaman video proses pelepasan tukik ke laut ini, rasanya saya tak pernah bisa berhenti mengingatkan diri saya sendiri untuk tidak menyerah pada apapun juga. Yeah, dunia tidak akan semakin baik, tapi semakin jahat dan sulit. Tantangan hidup akan terus bertambah berat dari hari ke hari. Tapi MENYERAH bukanlah solusi.

Sama seperti tukik yang meski kemungkinan hidupnya hanya 1:1000, tapi ia tetap semangat melanjutkan hidup, demikianlah kita anak-anak manusia semestinya. Kita harus terus berjuang, terus bersemangat meski apapun juga masalah yang kita hadapi saat ini.

Berlarilah mengejar mimpimu, teruslah berjalan maju mewujudkan tujuan hidupmu. Kalo 'Si Angel' tukik aja terus berusaha untuk hidup, masa kamu nggak semangat sih?

Cheers,
Salam Hijau Damai dari Si Angel manusia, bukan tukik :)





No comments: